Pemenang Lomba Mengarang Cerita Pendek untuk Siswa SD/MI Tingkat Kabupaten Purworejo 2013

PEMENANG LOMBA MENGARANG CERITA PENDEK UNTUK SISWA SD/MI TINGKAT KABUPATEN PURWOREJO 2013

TRIDASAWARSA SMP NEGERI 23 PURWOREJO

 

 

Pengantar

Babak final Lomba Mengarang Cerita Pendek untuk Siswa SD/MI Tingkat Kabupaten Purworejo 2013 Tridasawarsa SMP Negeri 23 Purworejo sudah dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Desember 2013 dari pukul 08.30 s.d. 11.30 di ruang laboratorium SMP Negeri 23 Purworejo. Babak final dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama, pertanggungjawaban finalis atas cerita pendeknya yang masuk final melalui wawancara oleh dewan juri. Terdapat 14 pertanyaan dari dewan juri yang harus dijawab secara tepat dan meyakinkan oleh para finalis. Pertanyaan itu sekitar judul, alasan pemilihan judul, bagian-bagian cerita yang paling sesuai dengan judul, tema (yang memuat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa, karakter, kecerdasan, kecakapan, sikap kritis, kreativitas, inovasi, dan kompetisi di era global), bagian-bagian cerita yang sesuai dengan tema,  isi, dan alur cerita. Tahap kedua, finalis membuat bagian dari sebuah cerita pendek dari topik yang ditentukan oleh dewan juri. Bagian cerita pendek yang harus dibuat finalis dalam waktu 30 menit adalah bagian pembuka (perkenalan) cerita pendek dan bagian cerita yang memuat gagasan kreatif dan inovatif.

Ulasan Dewan Juri

Dewan Juri yang terdiri atas Yoga S., A.Md. (novelis Yogyakarta), Eista Swaesti, S.S., M.A. (cerpenis Yogyakarta), dan Drs. Ustadji Pantja Wibiarsa (cerpenis/penyair Purworejo) menilai bahwa para finalis sudah cukup baik dalam mempertanggungjawabkan cerita pendek mereka. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah cara pemahaman yang benar dan tepat terhadap tema oleh siswa. Hal ini tidak dapat terlepas dari teknik pembimbingan oleh guru terhadap siswa didiknya yang akan mulai menulis cerita pendek. Terlebih lagi jika tema itu sudah memuat istilah-istilah yang oleh siswa kurang dipahami maknanya. Kamus dan ensiklopedi akan sangat membantu siswa dalam pemahaman itu. Tidak cukup hanya sampai pada pemahaman, tetapi juga contoh-contohnya yang nyata dalam sikap, perbuatan, atau peristiwa. Misalnya, selain siswa memahami perbedaan “kreatif” dan “inovatif”, siswa juga harus mengerti contoh-contoh sikap, perbuatan, atau peristiwa yang “kreatif” dan “inovatif” itu. Dengan demikian, ketika siswa menuangkan pemahaman dan contohnya dalam cerita pendek tidak akan mengalami kesulitan.

Guru perlu juga membimbing siswanya yang akan mulai menulis cerita pendek pada teknik pengolahan bahasa. Gaya penceritaan dengan menggunakan bahasa imajinatif akan lebih menyentuh perasaan. Bahasa yang memuat daya bayang lebih mampu menampilkan gambaran sehidup-hidupnya mengenai tokoh dan latar cerita.  Daya bayang yang kuat menghasilkan daya tarik yang kuat pula. Dari segi kualitas isi cerita pendek, untuk lebih mendewasakan siswa,  guru perlu melatih cara-cara mengungkapkan nilai-nilai kehidupan dan pandangan hidup ke dalam cerita pendek. Dengan demikian, cerita pendek yang ditulis oleh siswa akan memenuhi fungsi menghibur dan mendidik.

Proses Penjurian

Pada tahap pertama babak final dewan juri tidak mengalami kesulitan menentukan peringkat. Berdasarkan rangkuman hasil wawancara (pertanggungjawaban finalis atas cerita pendeknya) dan unggulan yang ditetapkan masing-masing juri,  Arifah Hilmi Fidihani (SD Muhammadiyah Kutoarjo) dan Alfika Aninda Wahyuni (SD Negeri Bayan) memiliki kemampuan yang sama-sama kuat dalam pemahaman, penguasaan, dan penunjukan bukti-bukti atas cerpen yang dibuatnya. Tiga juri sama-sama mengunggulkan keduanya. Disusul Endang Styowati (SD Negeri Pekutan), Ainun Nur Rohmah (SD Negeri Sambeng), dan peringkat terakhir Solihah Rahayu (SD Negeri 1 Pucangagung).

Pada penilaian final tahap kedua terdapat hal-hal menarik yang perlu disampaikan. Kemampuan para finalis dalam menulis bagian-bagian cerita pendek benar-benar diuji pada tahap ini.  Dari bagian-bagian cerita pendek ciptaan mereka pastilah dapat disimpulkan kemampuan murni mereka.

Pada bagian cerita pendek pertama yang mereka ciptakan, mereka sama-sama memulai dengan gambaran latar waktu dan latar suasana. Penggambaran latar waktu dan latar suasana yang imajinatif dilakukan oleh Arifah Hilmi Fidihani dan Alfika Aninda Wahyuni. Dapat kita cermati penggambaran latar waktu dan latar suasana berikut ini:

Langit mendung menumpahkan air matanya yang bercucuran dari langit. Siang itu terasa sangat dingin. Kebanyakan orang lebih memilih untuk bermain di dalam rumah atau bersembunyi di balik selimut.  (Arifah Hilmi Fidihani)

Sore yang mendung, sang surya tenggelam di ufuk barat. Waktu hampir menginjak malam. Toko-toko mulai ditutup oleh penjaganya. Anak-anak gelandangan mulai mencari tempat-tempat untuk tidur, khususnya di emperan toko-toko yang membentang di sepanjang Jalan Achmad Yani. (Alfika Aninda Wahyuni)

Hal yang menarik lainnya, Arifah Hilmi Fidihani dan Solihah Rahayu sudah sampai pada penyertaan kesadaran dan pemahaman terhadap suatu nilai kehidupan. Coba kita cermati kutipan berikut ini:

Walaupun terdengar alunan musik yang cukup mengganggu belajar, tetapi pikiran belajarnya itu tetap masuk ke dalam akal sehatnya. Ani merasakan hidup yang belum pernah dialaminya. Hari itu Ani sangat bahagia. (Solihah Rahayu)

Ia memang tahu bahwa saat hujan, esnya tak akan laku seperti saat cuaca sedang cerah. Ia berpikir, sebagai pedagang ia memang harus selalu sabar saat sedang menunggu pelanggan. (Arifah Hilmi Fidihani)

Namun demikian, Solihah Rahayu masih kurang dalam mengolah bahasa imajinatif. Sedangkan Ainun Nur Rohmah  dan Endang Styowati  masih belum mengolah bahasa imajinatif dan belum menyertakan kesadaran dan pemahaman nilai kehidupan pada bagian cerita pendek yang pertama.  Bagian cerita pendek pertama hanya memperoleh porsi nilai maksimal 30. Sedangkan bagian cerita pendek kedua bernilai maksimal 70.

Pada bagian cerita pendek kedua yang harus mengungkapkan hal yang kreatif dan inovatif ternyata para finalis belum memahami ciri-ciri hal yang inovatif. Namun begitu dewan juri bersepakat bahwa Alfika Aninda Wahyuni jauh mengungguli empat finalis lainnya. Bahasa Alfika terasa mengalir lancar, alur ceritanya terjaga, serta paling lengkap dan rinci mengungkapkan hal yang kreatif. Alfika menceritakan seorang anak bernama Raisa yang sangat mencintai ibunya. Raisa mempersiapkan kado istimewa buatannya sendiri sebagai persembahan untuk ibunya yang berulang tahun. Ia membuat tiga sulaman, puisi, baju, dan masakan untuk makan pagi ibunya. Sulaman pertama bertuliskan “Selamat Ulang Tahun, Ibu”, sulaman kedua “Semoga Panjang Umur”, dan sulaman ketiga “Raisa Love Ibu”. Puisi yang ditulisnya berjudul “Ibuku Tercinta”. Sebelum makan pagi bersama ibunya, Raisa mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibunya, membacakan puisi di hadapan ibunya, dan menyerahkan tiga sulaman dan baju kepada ibunya.

Arifah lebih unggul di bagian cerita pendek pertama jika dibandingkan dengan Alfika. Keunggulannya terdapat pada bahasa imajinatif dan penyertaan nilai kehidupan. Sementara pada bagian cerita pendek kedua Arifah masih kurang rinci dalam mengungkapkan hal yang kreatif. Arifah menceritakan tokoh cerita bernama Azka yang mempersiapkan hadiah untuk ibunya pada Hari Ibu. Hadiah itu buatannya sendiri. Azka mengumpulkan barang-barang bekas sebagai bahan pembuatan hadiah itu. Namun Arifah tanpa menjelaskan jenis barang bekas itu. Azka membuat hadiah berupa sapu dengan serabut-serabut halus karena ibunya sangat perhatian pada kebersihan. Meskipun Arifah lebih banyak menggunakan percakapan, percakapan tokoh cerita Azka dan Adnan terasa mengalir lancar dan alur ceritanya tetap terjaga.

Dalam mengungkapkan hal yang kreatif sebenarnya Ainun lebih kreatif daripada Arifah. Ainun menceritakan tokoh cerita kakak beradik bernama Aris dan Rizki. Pada peringatan Hari Ibu mereka mempersembahkan hadiah buku harian dengan sampul berhiaskan motif batik, lagu ciptaan sendiri dengan paduan irama rock dan dangdut, serta jam tangan yang dilukisi sendiri. Namun alur ceritanya kurang urut, misalnya gambaran tentang hadiah itu disampaikan oleh Ainun sesudah hadiah itu diberikan kepada ibu tokoh cerita. Seharusnya gambaran itu diceritakan pada saat tokoh cerita mempersiapkan hadiah tersebut.

Sedangkan Endang kurang cermat dalam mengungkapkan hal yang kreatif. Endang menceritakan seorang anak yang menghadiahkan sebuah lukisan ciptaannya sendiri kepada ibunya pada Hari Ibu. Endang hanya menggambarkan bahwa lukisan itu bertuliskan “Aku Sayang Ibu” diberi hiasan lainnya. Solihah bahkan tidak menampilkan hal yang kreatif. Ia hanya menceritakan tokoh cerita bernama Azmi yang menghadiahkan baju yang cocok untuk ibunya, tetapi baju itu dibelinya dari toko. Meskipun demikian Endang dan Solihah pastilah memiliki kelebihan dalam menulis cerita pendek.

Peringkat Pemenang

Dewan juri menetapkan dan memutuskan peringkat pemenang Lomba Mengarang Cerita Pendek untuk Siswa SD/MI Tingkat Kabupaten Purworejo 2013 Tridasawarsa SMP Negeri 23 Purworejo, sebagai berikut:

  1. Juara I  : Alfika Aninda Wahyuni, Kelas VI SD Negeri Bayan, Cerpen berjudul “Peduli Sasi untuk Tradisi Pintan”, Bagian cerpen “Raisa dan Sulamannya untuk Ibu”
  2. Juara II  : Arifah Hilmi Fidihani, Kelas V SD Muhammadiyah Kutoarjo, Cerpen berjudul “Asa Syafira pada Leukemia”, Bagian cerpen “Azka dan Sapu Serabut Halusnya untuk Ibu”
  3. Juara III : Ainun Nur Rohmah, Kelas VI SD Negeri Sambeng, Cerpen berjudul “Festival Egrangku Sahabatku”, Bagian cerpen “Aris, Rizki, dan Lagu Paduannya untuk Ibu”
  4. Juara Harapan I : Endang Styowati, Kelas VI SD Negeri Pekutan, Cerpen berjudul “Lukisan Busana Tradisional Intan”, Bagian cerpen “Gadis dan Lukisannya untuk Ibu”
  5. Juara Harapan II: Solihah Rahayu, Kelas V SD Negeri 1 Pucangagung, Cerpen berjudul “Lukisan Kenangan Ibu Negara”, Bagian cerpen “Azmi dan Bajunya untuk Ibu”

Penyerahan Hadiah

Hadiah untuk para pemenang akan diserahkan pada Acara Resepsi Tridasawarsa SMP Negeri 23 Purworejo, Sabtu, 28 Desember 2013, pukul 19.30, di Aula SMP Negeri 23 Purworejo. Surat undangan secara resmi akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing pemenang sebelum hari pelaksanaan acara.

Purworejo, 20 Desember 2013

Panitia Lomba Mengarang Cerpen

Tridasawarsa SMPN 23 Purworejo,

Purwaningsih, A.Md.Pd.

2 responses to this post.

  1. Posted by jihan on 28 Agustus 2014 at 07:08

    makasih

    Balas

  2. Solihah Rahayu hore 😀

    Balas

Tinggalkan Balasan ke isti robaina Batalkan balasan